SEPASANG MIMPI -MIMPI TUA
sebelum anda membaca,
penulis ingin menyampaikan kisah ini hanyalah cerita Fiksi yang menandung nilai -nilai keagamaan, setelah anda membaca kisah ini jika ada benarnya maka itu datangya hanya dari Allah. dan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan maksud yang agak sulit untuk di mengerti
di musim hujan yang sedang giat -giatnya merinai
sepasang mata memejamkan sekumpulan kenang dan beberapa bait ingatan sederhana,
tentang perjalanan yang teramat panjang beberapa tahun silam.
sepasang mata memejamkan sekumpulan kenang dan beberapa bait ingatan sederhana,
tentang perjalanan yang teramat panjang beberapa tahun silam.
seseorang sedang beristirahat sejenak di sebuah pohon yang kering
dan di sebuah mimpi -mimpi tua,
beralaskan cerita -cerita usang tentang kebahagaian kecil.
sepasang jejak seorang pengembara yang sedang beristirahat di bawah bayang -bayangnya sendiri
kedua sendal lusuh berdebu mendakan dia telah menempuh rute yang jauh.
bertapa terjal jalan yang dia jumpa, kerikil tajam dan teriknya matahari yang menjadi sahabat dalam perkataanya yang diam.
dan di sebuah mimpi -mimpi tua,
beralaskan cerita -cerita usang tentang kebahagaian kecil.
sepasang jejak seorang pengembara yang sedang beristirahat di bawah bayang -bayangnya sendiri
kedua sendal lusuh berdebu mendakan dia telah menempuh rute yang jauh.
bertapa terjal jalan yang dia jumpa, kerikil tajam dan teriknya matahari yang menjadi sahabat dalam perkataanya yang diam.
hingga suatu ketika ia tiba di sebuah tempat yang sanggat tandus, ia terhenti sejenak memandang ke utara, timur, dan barat dengan liar,
lalu menyadari bahwa pengembaraannya telah berakhir. lalu ia membuka telapak tanganya dan menutupi wajahnya. seluas mata memandang hanya berupa dataran tinggi berbatu coklat kehitam -hitaman, di ikuti dengan gunung -gunung yang berwarna gelap dengan pucuk bergerigi.
langitnya sangat biru dan sangat cerah, tidak ada gumpalan awan, tidak ada angin, tidak ada burung -burung yang beterbangan di atasnya.
dari arah timur tidak terdapat apa -apa kecuali gurun pasir yang amat panas dan lagi gersang,
Jalan setapak itu dipenuhi bekas-bekas roda kereta dan jejak kaki sekian banyak petualang. Di sana-sini bertebaran benda-benda putih yang kemilau tertimpa cahaya matahari, mencuat di tengah-tengah tumpukan garam alkali yang pudar. Dekati, dan periksa benda-benda itu! Benda-benda itu adalah tulang-belulang, beberapa besar dan kasar, lainnya lebih kecil dan lebih halus. Yang pertama milik lembu jantan, dan yang kedua milik manusia. sepertinya mereka juga tersesat dan kehabisan bekal
"tempat ini sangat indah", ujar si petuangan tadi "siapakah yang dapat menciptakan tempat sesempurna ini kecuali Allah, tuhan yang meha menciptakan segala sesuatunya dari ketiadaan"
lalu tiba -tiba lalu tiba -tiba datanglah dari kejauhan sesuatu yang berkilau seperti kaca yang terkena sinar matahari dari kejuhan,
semakin mendekat dan berpencar menjadi tiga bagian, ternyata itu adalah burung pemakan bangkai.
Madinah, 2019 Di sini, di dataran yang kering kerontang ini, ia akan tewas
"tempat ini indah, namun sangat kering apakah Allah lupa menciptakan beberapa pepohonan dan sedikit air"
ucapnya sambil menjatuhkan gagang kereta yang di bawanya. Tampaknya barang bawaan di kereta itu terlalu berat baginya,
karena sewaktu ia menurunkannya ke tanah, gagang kereta tersebut jatuh dengan agak keras.
Seketika terdengar jeritan tertahan, dan dari dalam keranda kereta kencana itu,
muncul sesosok wajah yang ketakutan dengan mata cokelat yang sangat cemerlang.
"kau membuatku terbangun !" terdengar suaranya yang kekanak-kanakan bernada marah.
"Sungguh?" jawab pria itu. "Aku tidak sengaja." Sambil berbicara,
ia membuka tirai abu-abu itu dan mengeluarkan seorang gadis perempuan berusia sekitar lima belas atau tujuh belas tahun.
gadis yang cantik, . Meskipun wajahnya tampak pucat dan kelelahan,
lengan dan kakinya yang masih berisi menunjukkan bahwa anak itu tidak semenderita teman seperjalanannya.
"Bagaimana sekarang?" tanya pria itu cemas, karena si gadis kecil terus menggosok-gosok dahinya yang tidak tertutup kain hijabnya.
"Cium agar sembuh," katanya, sambil tersenyum menunjukkan bagian yang terluka kepada pria tersebut.
sang pria hanya tersenyum kepada si gadis kecil, "sudah berapa hari semenjak kita berpisah dengan mereka"
tanya si gadis kecil. "14 atau sekitar 15 hari, aku agak lupa" jawab si pria dengan suara serak.
"sungguh ?? sudah selama itu, aku merasa baru kemarin saja ibu memasak daging hewan tunggangan kita,
lalu dimana Deni, Ihsan dan yang lainya" tanya si gadis kecil.
"mereka sudah pergi" ." "Pergi!" kata gadis kecil itu. "Kenapa tidak mengucapkan selamat berpisah?
Biasanya mereka selalu bilang... kapan mereka akan kembali ? tanya si gadis kecil
"kita akan segera bertemu dengan mereka" jawab si pria "Sandarkan kepalamu kepadaku,
kau akan merasa lebih enak. Tidak mudah untuk bicara dengan mulut kering,
tapi kurasa kau harus mengetahui keadaan kita".
0 Response to "Impian tua"
Posting Komentar