SEPASANG MIMPI -MIMPI TUA
sebelum anda membaca,
penulis ingin menyampaikan kisah ini hanyalah cerita Fiksi yang menandung nilai -nilai keagamaan, setelah anda membaca kisah ini jika ada benarnya maka itu datangnya datangya dari Allah. dan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan maksud yang agak sulit untuk di mengerti
lANJUTAN PART 2
tadinya aku mengira, kita akan bertemu mata air lagi.
Tapi ada yang tidak beres... GPS, Google Mapas, semuanya tidak ketemu. Kita kehabisan bekal, tidak ada lagi air. Hanya ada beberapa tetes untuk gadis kecil seperti dirimu, dan... dan..." "Dan kau tidak bisa mandi," gadis kecil
itu memotong, menatap wajah temannya yang muram. "Ya... kami juga tak bisa
minum. Dan DENI yang pertama pergi, setelah Ibumu "Kalau begitu, yang lainya juga mati!" seru si gadis kecil, menutupi wajah
dengan celemeknya dan menangis terisak-isak. "Ya, semuanya sudah meninggal,
kecuali kau dan aku. aku membawamu ke sini karena kupikir masih ada
kemungkinan kita menemukan air, tapi ternyata keadaannya tidak bertambah baik.
Sekarang kesempatan kita sangat kecil!"
"Maksudmu kita juga akan mati?" tanya si gadis kecil.
Tangisnya terhenti sejenak dan ia mengangkat wajahnya.
"Kurang-lebih begitulah." ujar temannya
"Kenapa tidak kaukatakan dari tadi?" Gadis kecil itu tertawa riang.
"Kau menakut-nakuti aku saja, Mati sih tak apa-apa soalnya kita akan bertemu Ibu."
"Ya, kau akan bertemu ibumu, cantik." potong si pria sambil ia mengerutkan dahinya
"kau terlihat murung, apa yang kau cemaskan?" "entahlah aku belum pernah berfikir untuk bertemu dengan tuhanku secepat ini,
aku hanya kawatir catatan Dosa -dosaku lebih banyak daripada kebaikan yang telah aku kerjakan" jawab si pria dengan suara serak kehausan
"kau tak perlu cemas, bukankah kau memiliki Allah tuhan yang maha pemaaf dan pengampun.
lagipula kau telah banyak berbuat baik kepada saudara -saudaramu selama perjalanan ini,
Begini saja jika nanti kita bertemu di Akhirat aku akan menceritakan pada Allah bahwa kau baik sakali padaku, kau telah mengorbankan hidupmu demi agamanya dan kami"
ujar si gadis kecil dengan nada polos -polosnya.
"entahlah, jika itu benar semoga apa yang kau katakan itu tidak menjadikanku berbesar hati.
sungguh tidak ada yang lebih aku takutkan daripada Azab dan siksanya di dalam neraka,
namun aku tidaklah pantas untuk tinggal di dalam surganya. aku bahkan berharap untuk menjadi kerikil kecil yang di pijak lalu terkubur,
jika aku mengingat tentang hari pembasalan, dimana semua amal kebaikan dan keburukan mendapatkan balasanya meskipun itu hanya sekedar sebuah niatan di dalam hati"
ucap si pria dengan mata berkaca -kaca.
"entahlah, jika itu benar semoga apa yang kau katakan itu tidak menjadikanku berbesar hati.
sungguh tidak ada yang lebih aku takutkan daripada Azab dan siksanya di dalam neraka,
namun aku tidaklah pantas untuk tinggal di dalam surganya. aku bahkan berharap untuk menjadi kerikil kecil yang di pijak lalu terkubur,
jika aku mengingat tentang hari pembasalan, dimana semua amal kebaikan dan keburukan mendapatkan balasanya meskipun itu hanya sekedar sebuah niatan di dalam hati"
ucap si pria dengan mata berkaca -kaca.
Kau tak perlu cemas, bukankah kau mati kau akan bertemu dengan Rasulullah dan sahabat -sahabatnya,Taruhan,
Ihsan Deni dan yang lainya pasti menyambut kita di pintu surga membawa seguci besar Thea Thailand dan kue Shiren yang banyak.
Atau bebek panggang dengan sepiring nasi hangat aku sukanya begitu. Berapa lama lagi kita akan mati?" tanya si gadis kecil
"Aku tidak tahu... sebentar lagi mungkin." Pandangan pria itu terpaku ke kaki langit di utara.
Dalam kebiruan langit muncul tiga bintik yang semakin lama semakin besar, begitu cepat ketiganya mendekat.
Sesaat kemudian, ketiga bintik itu telah menjadi tiga burung besar kecokelatan tadi,
yang terbang berputar- putar di atas kepala kedua pengelana tersebut, lalu mendarat di bebatuan di atas mereka.
Ketiganya adalah burung pemakan bangkai yang datang mendului maut. "Ayam!" pekik si gadis kecil dengan gembira, ditunjuknya ketiga burung nazar sambil bertepuk tangan memanggil mereka.
bersambung. . .
"kau terlihat murung, apa yang kau cemaskan?" "entahlah aku belum pernah berfikir untuk bertemu dengan tuhanku secepat ini,
aku hanya kawatir catatan Dosa -dosaku lebih banyak daripada kebaikan yang telah aku kerjakan" jawab si pria dengan suara serak kehausan
"kau tak perlu cemas, bukankah kau memiliki Allah tuhan yang maha pemaaf dan pengampun.
lagipula kau telah banyak berbuat baik kepada saudara -saudaramu selama perjalanan ini,
Begini saja jika nanti kita bertemu di Akhirat aku akan menceritakan pada Allah bahwa kau baik sakali padaku, kau telah mengorbankan hidupmu demi agamanya dan kami"
ujar si gadis kecil dengan nada polos -polosnya.
"entahlah, jika itu benar semoga apa yang kau katakan itu tidak menjadikanku berbesar hati.
sungguh tidak ada yang lebih aku takutkan daripada Azab dan siksanya di dalam neraka,
namun aku tidaklah pantas untuk tinggal di dalam surganya. aku bahkan berharap untuk menjadi kerikil kecil yang di pijak lalu terkubur,
jika aku mengingat tentang hari pembasalan, dimana semua amal kebaikan dan keburukan mendapatkan balasanya meskipun itu hanya sekedar sebuah niatan di dalam hati"
ucap si pria dengan mata berkaca -kaca.
"entahlah, jika itu benar semoga apa yang kau katakan itu tidak menjadikanku berbesar hati.
sungguh tidak ada yang lebih aku takutkan daripada Azab dan siksanya di dalam neraka,
namun aku tidaklah pantas untuk tinggal di dalam surganya. aku bahkan berharap untuk menjadi kerikil kecil yang di pijak lalu terkubur,
jika aku mengingat tentang hari pembasalan, dimana semua amal kebaikan dan keburukan mendapatkan balasanya meskipun itu hanya sekedar sebuah niatan di dalam hati"
ucap si pria dengan mata berkaca -kaca.
Kau tak perlu cemas, bukankah kau mati kau akan bertemu dengan Rasulullah dan sahabat -sahabatnya,Taruhan,
Ihsan Deni dan yang lainya pasti menyambut kita di pintu surga membawa seguci besar Thea Thailand dan kue Shiren yang banyak.
Atau bebek panggang dengan sepiring nasi hangat aku sukanya begitu. Berapa lama lagi kita akan mati?" tanya si gadis kecil
"Aku tidak tahu... sebentar lagi mungkin." Pandangan pria itu terpaku ke kaki langit di utara.
Dalam kebiruan langit muncul tiga bintik yang semakin lama semakin besar, begitu cepat ketiganya mendekat.
Sesaat kemudian, ketiga bintik itu telah menjadi tiga burung besar kecokelatan tadi,
yang terbang berputar- putar di atas kepala kedua pengelana tersebut, lalu mendarat di bebatuan di atas mereka.
Ketiganya adalah burung pemakan bangkai yang datang mendului maut. "Ayam!" pekik si gadis kecil dengan gembira, ditunjuknya ketiga burung nazar sambil bertepuk tangan memanggil mereka.
bersambung. . .
0 Response to "IMPIAN TUA PART 2"
Posting Komentar