beginilah islam dalam memandang hukum karma





bagaimana sudut pandang mengenai hukum Karma dalam kacamata islam


Di indonesia ini memang Kita itu sama –sama mengenal istilah hukum karma. Di karenakan memang kata populer di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari . yang menunjuk pada suatu konsekuensi timbal balik dari sebuah perbuatan baik dan buruk.

Tapi sebagai seorang muslim Seperti apa pandangan tentang karma dan bagaimana dalilnya dalam Islam? Kata 'Karma' sndiri secara bahasa merupakan bahasa sansekerta yang berarti perbuatan, dan hasil yang akan di dapat dari perbuatan tersebut dinamakan karmaphala, sementara akibat yang ditimbulkan dari perbuatan disebut karma vipaka.


Menurut maknanya, karma tidak termasuk dalam keilmuan Islam. Namun, ajaran Islam setuju bahwa tindakan buruk akan memiliki konsekuensi juga. Karena itu, orang-orang yang beragama Islam diharuskan untuk berbuat baik setiap saat agar mereka juga mendapatkan imbalan kebaikan setelah kematian, yaitu surga dan neraka.


Dalam firman Allah swt, Surat An-Nahl ayat 61 menjelaskan:


وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَٰكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ


Artinya: Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.


Allah swt juga berfirman:


مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


Artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl[16]: 97)


Seperti halnya perbuatan maksiat akan mendatangkan pengaruh buruk dan efeknya bisa saja menyebabkan berbagai kerusakan. Setiap kali manusia melakukan dosa, Allah swt akan memberikan balasan kepada mereka.


Allah berfirman:


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ


Artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum [30]: 41)


Banyak orang percaya bahwa hal-hal terjadi karena perbuatan leluhur atau orang tua mereka, bukan hanya diri mereka sendiri. 


Tidak ada hukum karma dalam Islam, tetapi di dalam agama islam mengatakan bahwa setiap perbuatan baik akan menghasilkan hal baik bagi orang yang melakukannya, dan sebaliknya, perbuatan buruk akan menghasilkan hal yang sama. 


Dalam Islam, karma memiliki perspektif unik yang lebih berfokus pada "balasan sebuah perbuatan". Menurut Islam, segala kebaikan yang dilakukan di dunia akan menerima pahala yang sebanding di akhirat. 


Semua perbuatan buruk yang dilakukan di dunia ini juga akan menerima balasan, tetapi beberapa tidak dapat terjadi di dunia ini. Siapa pun yang melakukan perbuatan akan mendapatkan balasan di dunia ini atau di akhirat kelak


Allah Swt. juga telah berfirman tentang balasan yang akan didapatkan kepada mereka yang melakukan perilaku tercela dalam surah As Sajdah ayat 21:


وَلَنُذِيْقَنَّهُمْ مِّنَ الْعَذَابِ الْاَدْنٰى دُوْنَ الْعَذَابِ الْاَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ


Artinya: "Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. As Sajdah: 21) 


Oleh karena itu, hukum karma dalam Islam tidak bisa di terima, dan kita harus menghindari prasangka yang mengatakan bahwa segala hal yang terjadi pada diru kita saat ini adalah akibat dari perbuatan kita ataupun perbuatan dari para leluhur kita di masa lalu.


karena Al Quran menyatakan bahwa seseorang tidak akan memikul dosa orang lain. Al Quran juga melarang hukum karma, yang memiliki perspektif lain. Misalnya dalam surah Al Isra ayat 36 Allah berfirman :


وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ لسَّمْعَ وَ لْبَصَرَ وَ لْفُؤَادَ كُلُّ أُو لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا


Artinya: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al Isra: 36).


Untuk menghindari balasan buruk yang dapat terjadi akibat perbuatan masa lalu kita, berikut adalah beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk memohon ampun atas dosa yang telah kita lakukan sebelumnya.


Melakukan introspeksi diri, coba ingat apakah Anda pernah melakukan kesalahan pada orang lain atau membuat orang sakit hati.

Cobalah untuk mengakui dan meminta maaf kepada orang yang pernah kamu sakiti dengan meminta maaf.


Setelah Anda menyadari bahwa Anda melakukan kesalahan, Anda harus meminta ampun kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan meminta keberkahan dalam hidup Anda. 

Melakukan sholat tobat nasuhah.

Memperbanyak melakukan perbuatan baik.

Apakah Karma Bisa Menurun ke Anak? 

Dalam Islam, karma tidak dibenarkan oleh hukumnya, jadi tidak ada seorang pun yang dapat memikul dosa orang lain.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Al-Fatir ayat 18 yang berbunyi:


وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ وَإِن تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَىٰ حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَىْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰٓ ۗ إِنَّمَا تُنذِرُ لَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمبِ لْغَيْبِ وَأَقَامُوا۟ لصَّلَوٰةَ ۚ وَمَن تَزَكَّىٰ فَإِنَّمَا يَتَزَكَّىٰ لِنَفْسِهِۦ ۚ وَإِلَى للَّهِ لْمَصِيرُ


Artinya: "Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali(mu)." (QS. Al Fatir: 18)

 Didasarkan pada ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama Islam tidak mengizinkan pernyataan bahwa "Karma dapat menurun ke anak". karena hanya diri sendiri yang dapat memikul dosa yang kita perbuat secara pribadi.

Untuk itu, kita sebagai manusia harus berbuat baik dan menjauhi segala larangan serta menjalankan semua perintah Allah. Allah akan membalas perbuatan baik dengan perbuatan baik pula.




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "beginilah islam dalam memandang hukum karma"

Posting Komentar

beginilah islam dalam memandang hukum karma

bagaimana sudut pandang mengenai hukum Karma dalam kacamata islam Di indonesia ini memang Kita itu sama –sama mengenal istilah hukum karma. ...