Kegundahan ku menjadi manusia
Dahulu kala saat Plato dan kawan-kawan lahir ke dunia, hidup manusia sangat mudah dan simpel sekali, ingin makan ikan tinggal pergi memancing, ingin buah tinggal pergi ke hutan yang punya rumah tinggal bangun di atas tanah. Tanpa perlu takut ada yang mengklaim hak milik lahan tersebut
Simpel sekali tanpa beban kehidupan, tidak ada kewajiban bayar pajak penghasilan tidak perlu ada iuran listrik, tidak perlu ada biaya keamanan, dan juga tidak ada yang namanya uang. Ya betul sekali tidak ada yang namanya uang , kok daerah ini uang tidak ada nilainya. Apapun yang kita inginkan sudah ada di sana, tugas kita hanya perlu mengambilnya. Terdengar menyenangkan sekali seperti hidup kembali dalam surga.
Tapi memang seperti itulah kehidupan itu seharusnya bekerja. Kita tak membutuhkan hal lain. Karena sejatinya semua sudah ada dan tersedia gratis, alam sudah menyediakan apapun yang kita butuhkan, lihat saja hewan-hewan liar yang hidup di hutan rimba, mereka tidak pernah bekerja, hanya sekedar untuk makan sampai kenyang, itupun mereka memakan apa yang sudah tersedia di alam. Hanya perlu sedikit usaha tanpa perlu bersusah payah seperti manusia.
Sementara kita sangat berbeda sekali dengan binatang, meskipun akal kita jauh lebih tinggi namun nyatanya untuk hanya sekedar makan kita perlu mendisiplinkan diri untuk bangun pagi dan berangkat ke kantor. Yang membuat kita tidak sebebas seperti binatang. Pada era modern ini apakah manusia telah mencapai puncak tertinggi sebuah peradaban, di mana seharusnya setiap manusia dapat menikmati segala kemudahan teknologi dan juga perkembangan fasilitas yang ada, nyatanya ketika masa keemasan manusia itu berlangsung, hanya beberapa yang dapat menikmati megahnya sebuah bangunan, canggihnya gadget yang terbaru, dan betapa nyamannya mobil dengan teknologi yang paling terbaru. Nyatanya pada era ini manusia mulai kehilangan makna dari sebuah entitas yang bernama kehidupan,. Dari awalnya manusia bebas mengeksplorasi 100% apa yang ada di alam, menjadi manusia yang terpenjara oleh jeruji jeruji yang dibuat sendiri.
Lalu balik lagi kepada pertanyaan inti, apakah manusia sudah mencapai peradaban tertinggi. Jika pada nyatanya hanya beberapa yang bisa menikmati pencapaian tertinggi itu.
0 Response to "Apakah manusia sudah mencapai puncak peradaban"
Posting Komentar